
I don't know how long it has been since you have taken over my heart
My small heart that has always been cold is now warming up because of you
Suara kicauan burung yang tengah hinggap di pepohonan dan atap rumah membangunkan Raina dari tidurnya. Dia segera bangkit dari tempat tidur dan membuka jendela. Hawa segar udara pagi beserta sinar mentari yang hangat menerobos masuk. Walaupun masih tersisa letih di tubuhnya setelah menyelesaikan tugas kuliahnya semalam, namun Raina selalu bersemangat menyambut pagi yang menjelang. Seorang pemuda sedang terburu-buru menuju ke suatu tempat. Pemuda itu bernama Deren, secara tidak sengaja menabrak Raina . Raina berusaha menghindar , justru itu membuatnya hampir tertabrak sebuah mobil sport berwarna merah itu.
Deren secara tiba-tiba menginjak rem dan berkomentar, "Kau bisa membuat leherku ini patah!”
“hei! Apa yang terjadi Ren?”
“hampir. Nanti aku telpon lagi” ucap Deren yang terkejut dalam telpon
Deren turun dari dalam mobil dan bertanya “ Kau tidak terluka?”
Raina menjawab” Tidak. Maafkan aku”
Deren bertanya “ Apa kau mahasiswa baru?”
Raina hanya diam dan setelah itu pergi. Lalu Deren masuk kembali ke dalam mobilnya dan pergi. Dan setelah kejadian itu Deren hanya tersenyum. Kemudian Deren sesampai di perpustakaan dan bertemu saudara sepupunya bernama Randy, dan Suzy(Pacar Randy sekali gus sahabat Deren).
“ Kau bilang bisa membuat lehermu patah. Apa yang terjadi?” Tanya Randy
“ Tepat di depan pintu gerbang kampus hampir saja aku menambrak seorang wanita. Karena aku sedang menjawab telpon mu. Aku tidak tahu ada orang yang melintas itu membuatku menginjak rem mendadak” Jawab Deren sambil memegang lehernya
“ Benarkah? Bagaimana wanita itu?” Komentar Suzy sambil membaca buku
“Wanita itu sangat cantik. Ketika aku lihat dari dekat memiliki rambut yang indah dan tebal.. Sepertinya mahasiswa baru” kata Deren yang singkat
Jawaban yang dinyatakan Deren membuat Suzy dan Randy penasaran. Mereka sambil melototi Deren.
“Apa yang kalian lihat?” Komentar Deren yang super cool
“Tidak. Tumben saja kau berkomentar tentang seseorang yang belum kau kenal seperti itu. Jadi kamu...?” Ujar Suzy yang dipotong pembicaraan oleh Daren
“Jadi aku mau pergi!” Jawab Deren sambil mengambil bukunya.
“Ran, kamu merasa aneh tidak?” tanya Suzy
“Tidak ada. Perasaanmu saja” jawab Randy yang tidak mengubris Suzy.
Raina pun menghabiskan istirahat makan siang sendiri di taman kampus. Selain itu Raina sedang mempelajari selembar kertas literatur fakultas kedokteran yang di berikan dosennya tadi pagi. Tap.. tap.. langkah kaki berjalan keluar dari ruang SENAT Universitas. Sekelebat sinar matahari yang cerah masuk menyinari koridor tersebut dari jendela-jendela besar tak bertirai dari sebelah kanan Deren ketika sedang berjalan, menyinari rambut Half Up nya. Membuat Deren menggalihkan perhatiannya ke arah jendela koridor tersebut. Tidak disangka Deren melihat Raina yang sedang tertunduk lemas di meja taman sendirian.
Deren datang menghampiri Raina dan menempelkan minuman dingin di leher Raina sehingga Raina langsung kaget. Karena Raina benar-benar terkejut, Raina pun langsung berdiri.
“Tenanglah! Aku tidak akan menganggumu” Sapa Deren sambil tersenyum pada Raina
“Duduklah, temani aku menghabiskan coffe ini” Ketika Deren berbicara seperti itu Raina terpaku, dan mulai untuk duduk kembali. Setelah beberapa saat mendengarkan Deren. Akhirnya Raina berbicara.
“Sebenarnya aku mendapatkan beasiswa, sehingga aku berada disini” komentar Raina yang sedang menggenggam kaleng coffe dingin, sambil melihat indahnya bunga di taman kampus barunya.
“Pantas saja aku tidak pernah melihatmu, maafkan kejadian pagi tadi ya. Owh ya.. namaku Deren” jawab Deren
“Aku Raina” jawab dari Raina. Setelah itu Deren memandangi wajah Raina dan tanpa berbicara sepatah kata apapun. Tiba-tiba Raina mendengar suara perut Deren, lalu dia tertawa.
Lalu Raina memberikan sedikit bekalnya kepada Deren.
“ Wah, hebat ya kamu bisa membuat makanan enak seperti ini” Ujar Deren sambil makan dengan lahapnya.Tapi Raina hanya diam dan mendengarkan musik di iphone nya. Setelah Deren usai menyelesaikan makan siangnya. Raina hanya bilang padanya “Lain kali jangan sampai lupa makan walaupun tugas sedang menumpuk sekalipun, tanpa makan kita tidak punya tenaga dan dapat berfikir dengan baik” dengan ekspresi yang datar dia melangkah pergi meninggalkan Deren. Deren pun melihat Raina yang melangkah pergi meninggalkannya , semakin membuatnya bingung dan tidak mengerti.
Malamnya, Randy bermain kerumah Deren. Melihat pintu kamar Deren yang sedikit terbuka, ia melihat kenapa Deren tersenyum sendirian.
“ Ren! Kenapa kamu tersenyum sendirian?”
“Ngak apa-apa. Ndy!”
“Tidak mungkin itu bukan kebiasanmu, Ren”
“ Ehmm..”
“Apa mungkin jatuh cinta? Lagi pula tidak ada salahnya bukan”
“ Kamu bicara apaan Ndy? Aku gak ngerti”
“Aku udah kenal kamu lama! Ketua SENAT”
“Tapi jangan keras-keras bilangnya!”
“Dasar! Deren.”
“Dulu aku juga pernah rasain hal yang sama seperti kamu, pertama aku jatuh cinta waktu aku masih SMA. Wanita itu cantik, baik hati, dan sederhana. Sampai ketika kami dihadapakan suatu masalah. Aku menyesal sekali karena yang sebenarnya semua itu adalah salahku. Aku terpaksa membuatnya salah paham padaku karena aku tak ingin melihatnya terluka kembali”
Deren melihat Randy sambil menggerutkan keningnya. “Lalu dimana wanita itu?”
“Aku tidak tahu sekarang dia dimana, Ren! Aku harap kau tidak melakukan hal seperti ku.” Randy pun setelah bercerita pamit untuk pulang.
Raina berjalan pulang setelah membeli kerpeluannya dari supermarket, teringat akan cintanya yang lalu, wajahnya berubah menjadi muram, sambil berkata sendiri “ Kau berkata semua akan baik-baik saja, selama kau ada. Tapi kau sekarang membuat ku untuk berhenti untuk percaya ke orang lain. Sekarang aku hanya menangisi diriku sendiri”
*****************************************************************
“Hoam... perutku lapar sekali!” Ujar Deren
“Jam berapa sekarang? Jam 01.30 a.m . kenapa aku harus terbangun?” Guman Deren sendirian.
Sesasat kemudian Deren beranjak dari tempat tidurnya. Menuju ke arah dapur, ternyata tidak ada makanan kecil apapun di kulkasnya untuk Deren makan. Akhirnya Deren mengambil jaketnya di sofa dan keluar mencari makanan di supermarket dekat komplex rumahnya. Lalu Deren melangkah keluar dari supermarket dan memeriksa barang belajaannya. Ia berjalan lurus ke arah kursi taman, yang berada di depan supermaket untuk beristirahat sejenak. Tanpa sengaja Deren mendengar suara tangisan.
“Yang benar saja zaman modern begini ada hantu?” Ujar Deren sendirian.
Deren mencoba mencari sumber suara itu. Ternyata suara itu berasal dari pohon besar di belakang kursi taman. Tap.. Tap.. Tap.. Perlahan terdengar langkah kaki yang mendekat. Waktu terus bergulir, dan membawa pada sebuah jawaban. Mendekat, kemudian mendekap sosok ini... Raina..
Ternyata setelah Raina pulang dari supermaket ia tidak langsung pulang ke rumahnya.
“Apa kau sedang memikirkan sesuatu? Aku dapat membantumu” Tegur Deren dan mereka duduk berdua di bawah pohon besar itu.
“Jika hanya kau yang dapat membantuku...Kau seharusnya melihat ekspresi wajahku yang suram dan tidak mengikutiku kemari.” Jawab Raina sambil mengusap tangisnya.
“Bukankah lebih menyenangkan bagi mereka yang saling bercerita tentang kekhawatiran atau kebahagian. Seperti saat aku sedang khawatir aku akan bercerita kepada sahabatku. Aku merasa seluruh beban dipundakku merasa hilang seketika” Kata Deren yang cemas dengan keadaan Raina
“Just one mistake, just one regret! Aku tidak dapat meninggalkan masa laluku tapi aku harus memikirkan masa depanku” Ucapan Raina yang masih berkabung kesedihan
“Apakah kau berharap seseorang bisa memberimu time machine? bisa melompat melalui waktu dan ruang dan dapat bertemu pada keadaan yang sama. Tanpa masa lalu kita tidak mungkin seperti ini. Meski masa lalu tak selalu baik, dan memang ada derita dan sakit kita masing-masing, tapi kukira, masih lebih baik dikenang daripada dilupakan begitu saja. Dan janganlah selalu melihat kebelakang Raina. Kau tidak akan menyadari bahwa pintu lain di depanmu terbuka” Jawab Deren yang berusaha meyakinkan Raini dunia ini tidak ada yang sempurna.
Waktu yang lewat terlalu lambat, Hukuman kesalahan ini terlalu berat, Kata-kata yang terakhir selamat tinggal, Sampai saat ini mengulang terus menerus, Apapun yang saya lakukan, tidak bisa menyembuhkan luka, Hatiku masih sakit...
Tiba-tiba Deren menutup matanya, “Kalau kau menutup matamu dan berkonsentrasi kau akan bisa melihat apa yang ingin kau lihat”
Lalu Raina mengikuti apa yang dilakukan Deren “ Aku mengerti”
“Aku mendengarnya!” Sahut Raina masih menutup mata dan telinganya
Deren tersenyum melihat Raina mulai tenang. Sesaat Raina membuka mata dan telinganya. Raina pun memejamkan kedua matanya kembali dan bersandar di bahu Deren.
Deren terkejut Raina bersandar di bahunya. Dan Deren menyoba memanggil Raina “Raina”. Tapi tidak ada jawaban apa pun. Setelah itu Deren memegang tangan Raina. Ternyata Raina mengalami demam karena terkena angin malam. Deren panik, "Kau tidak apa-apa? Ah, kenapa seperti ini"
Setengah sadar, Raina berkata, "Aku tidak apa-apa"
Deren panik dan cemas. Ia membawa Raina ke rumahnya, Deren menggendong Raina menuju rumahnya dengan berlari-lari. Sesampainya di rumah, Deren merebahkannya di atas kasur. Ia memeriksa panas Raina. Raina demam tinggi. Deren bahkan tidak memperdulikan kantuknya, ia terus menjaga Raina. Deren beberapa kali mengganti kompres. Kemudian, panas Raina mulai turun. Deren tersenyum lega.
Kesokan harinya Raina terbangun, ia berjalan lemas keluar kamar. Lalu ia mendapati Deren yang tengah dikamar mandi. Raina berjalan ke arah kulkas dan melihat bahan yang tersisa. Raina mulai memasak untuk sarapan pagi mereka berdua. lalu Deren mendapati Raina yang tengah memasak. Raina menyuruhnya duduk karena sarapan akan segera disediakan. Deren duduk, kemudian Raina menyiapkan bubur. Deren menyuapi Raina. Perhatian Deren membuat Raina curiga.
“Aku melakukan ini tulus, dan bersih untuk mu. Dan gantilah pakaianmu sementara dengan bajuku”
“Terima kasih. Kau mau menjagaku semalaman”
Sudah cukup lama aku tertidur dan memimpikanmu, padahal aku tahu tak seharusnya itu aku lakukan,karna kau telah pergi jauh meninggalkanku, ku ayunkan langkah kakiku menuju sebuah tempat hamparan rumput hijau. Tak terasa tetesan air mata itu mengalir, mataku masih sembab karna masa-masa yang tak akan terulang kembali.. Kini ku mulai membuka mata dan mencoba sadarkan diri, menghapus semua sugesti tentangmu. Inilah saatnya memandang masa depan cerah tanpa bayangan mu... “My past”
****************************************************************

Tidak ada komentar:
Posting Komentar